Sabtu, 04 Juli 2015

Game Sebagai Alat Pembelajaran dan Terapi Alternatif di Masa Depan


Game Sebagai Media Belajar Menyenangkan

Game sering dipandang sebagai hal yang negatif bagi perkembangan anak. Padahal, menurut pengalamanku sebagai pecinta game (gamers), game merupakan salah satu cara paling efektif untuk memasukkan dan memperkenalkan beragam pengetahuan kepada anak.
Game bisa menjadi alat ampuh untuk membuat anak menyukai sesuatu, membangun logika berfikirnya, melatih mental perjuangan serta kesabarannya, mengembangkan kemampuan manajemennya, bahkan beberapa game mulai melibatkan kegiatan dan gerakan fisik dalam menjalankannya sehingga meningkatkan koordinasi seluruh tubuhnya.
Di era kemajuan teknologi seperti ini, keahlian dalam game (baik sebagai pembuat maupun pemakai) kini bisa menjadi sumber mata pencaharian yang cukup menjanjikan.

Bermain Video Game: Merusak atau Bermanfaat?

Berikut terdapat beberapa studi yang meneliti tentang benefit dari bermain video game : 
  • Video game sebagai olahraga bagi otak Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman oleh Simone Kühn, ditemukan bahwa bermain video game ‘Mario’ dapat meningkatkan serta melatih otak. Lebih spesifiknya yaitu pada skill navigasi, ingatan, perencanaan strategis, dan juga keahlian motoric pada tangan pemain. Aktivitas tersebut juga dapat menjadi sebuah terapi bagi penderita kelainan mental yang menyebabkan mengecilnya otak seperti schizophrenia, stress traumatis, penyakit Alzheimer’s, dan lain-lain. 
  • Video game dapat meningkatkan inteligensi Sedangkan peneliti di Queen Mary University of London, menemukan bahwa game strategi seperti ‘Starcraft’ dapat meningkatkan fleksibilitas otak yang mengarah pada inteligensi pemain itu sendiri. Pemain-pemain tersebut mengalami peningkatan performa pada tes psikologi, kemampuan kognitif, dll.
  • Video game melatih kita untuk berpikir lebih kritis dan kreatif Berdasarkan Dr. Alan Weiss, video game dapat mengajarkan pemain berpikir lebih kritis. Video game membantu menstimulus otak agar dapat memunculkan solusi-solusi yang revolusioner dan kreatif. Hal tersebut dikarenakan video game sekarang yang sudah sangat bervariasi dan unik, sehingga memerlukan usaha-usaha kreatif dari pemainnya untuk memecahkan masalah dalam game itu sendiri. 
  • Video game dapat memperlambat proses penuaanSelain itu, bermain video game pengasah otak selama 2 jam dalam seminggu membantu memperlambat kondisi mental yang berkaitan dengan proses penuaan. Studi yang dilakukan terhadap 681 individu berumur 50 atau lebih menunjukkan bahwa bermain video game selama 10 jam dapat mengurangi penurunan kemampuan kognitif hingga 7 tahun. 
  • Video game dapat meningkatkan penglihatan Studi di Universitas Rochester menemukan bahwa video game bergenre first-person-shooter seperti ‘Call of Duty’ dan ‘Halo’ secara tidak sadar meningkatkan penglihatan pemainnya. Peneliti percaya bahwa saat kita bermain, kita akan berusaha menganalisis lokasi dan berusaha mencari musuh, dan hal ini melatih kemampuan penglihatan kita. 
  • Video game membantu penderita disleksia untuk membaca Penelitian di Itali menemukan bahwa bermain video game action yang mendebarkan juga dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak-anak penderita disleksia. Disleksia ialah ketidakmampuan seseorang untuk belajar yang diakibatkan rendahnya kemampuan membaca. Peneliti merasa video game action membantu anak-anak meningkatkan perhatian mereka yang di mana hal tersebut krusial bagi kemampuan membaca. 
  • Video game mengurangi kegelisahan serta rasa sakit Pada tahun 2010, peneliti di American Pain Society menemukan bahwa video game yang berpusat pada virtual reality terbukti efektif untuk mengurangi gelisah dan rasa sakit akibat prosedur medis maupun penyakit kronis. Game-game tersebut dapat mengurangi stress dan rasa takut. Hal tersebut berkaitan dengan fisiologi tubuh kita sendiri. Pada saat kita bermain video game, otak kita akan memproduksi hormon endorphin yang berasosiasi dengan kebahagiaan dan suka. 
  • Video game membantu proses pemulihan bagi penderita struk Bagi para penderita struk, peneliti dari Tel Aviv University menemukan bahwa video game sangat berdampak terhadap proses pemulihan penderita struk. Video game membantu penderita struk dalam pemulihan pergerakan maupun pemulihan dalam kemampuan berbicara. Video game juga menyediakan alternatif terapi yang terarah, tidak repetitif, asik, dan seru, sehingga penderita struk yang sedang dalam proses pemulihan akan lebih berkomitmen lagi sepenuhnya untuk proses pemulihan yang mengasikkan tersebut. Akan tetapi, di balik semua manfaat tersebut, bermain video game juga dapat berakibat fatal bagi diri kita apabila dilakukan secara berlebihan. Aktivitas bermain video game tersebut dapat menyebabkan pemainnya menjadi ketagihan. Dan hal ini akan menjadi masalah jika sudah terjadi. Gamer yang ketagihan bisa jadi akan cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain video game. Hal ini sangatlah tidak produktif, karena gamer bisa terus bermain hingga melupakan kewajiban-kewajibannya sendiri. Selain itu, bermain video game berlama-lama juga sangat mengurangi aktivitas fisik pemainnya. Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap kesehatan, karena pemain akan cenderung duduk atau berbaring seharian hanya untuk bermain video game. Jika hal ini terus berkelanjutan, maka akan berujung pada masalah-masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, kemalasan, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Untuk itu, para gamer juga harus lebih bijaksana dalam bermain video game. Pada batasan-batasan tertentu, bermain video game dapat memberikan manfaat bagi pemainnya. Namun jika hal tersebut dilakukan secara berlebihan akan berakibat buruk bagi diri sendiri.
Sumber :
  • http://rumahinspirasi.com/seminar-game-sebagai-media-belajar-menyenangkan/
  • http://www.kompasiana.com/wenkuzz/bermain-video-game-merusak-atau-bermanfaat_54f951bda3331176038b4b62



Tidak ada komentar:

Posting Komentar